Hubungan antara Stress dengan Kerusakan Gigi

SEOmangat – Banyak hal dalam hidup yang bisa membuat kita stres. Entah itu krisis keuangan akhir bulan, proyek perkantoran, menunggu program ujian skripsi, percintaan dan masalah rumah tangga. Tapi ternyata, selain meningkatkan sakit kepala dan tekanan darah, stres yang parah dari waktu ke waktu bisa menjadi penyebab kehilangan gigi—yakni, gigi yang hilang! Nah bagaimana bisa?

Bagaimana stres dapat menyebabkan kerusakan gigi dan kehilangan gigi?

Stres adalah respons terhadap rangsangan berbahaya. Stres dikaitkan dengan kesehatan yang baik, diperlukan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari.

Terkadang respon ini diperlukan untuk mendorong seseorang melakukan tindakan yang dapat mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun, ada kalanya stres terjadi dengan intensitas yang berlebihan. Masalah dimulai ketika respons stres tidak sesuai dengan intensitas tantangan. Stres psikologis dapat menurunkan regulasi respons imun seluler.

Komunikasi antara sistem saraf pusat dan sistem kekebalan terjadi melalui sinyal dua arah dari jaringan kompleks yang menghubungkan sistem saraf, endokrin, dan kekebalan. Stres mengganggu homeostasis jaringan ini, yang pada gilirannya mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh.

Stres dapat mengganggu proses komunikasi antara kedua sistem. Akhirnya, ada perubahan fungsi kekebalan tubuh.

Ketika fungsi kekebalan tubuh menurun, bakteri berbahaya di mulut lebih mungkin menyerang gigi dan gusi. Salah satu dampaknya adalah peningkatan risiko penyakit periodontal (penyakit gusi).

Faktanya, penelitian belum menunjukkan hubungan langsung antara stres dan penyakit periodontal, karena cukup sulit untuk mengukur intensitas stres pada objek yang diteliti.

https://www.minamidiamondring.com/2262/cara-menghilangkan-karang-gigi-alami-dengan-cepat.html

Selain itu, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan penyakit periodontal dan mempengaruhi tingkat keparahannya.

Namun, penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa stres mungkin menjadi faktor yang dapat memperburuk kondisi penyakit periodontal. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab utama tanggalnya gigi pada orang dewasa.

Stres dan penyakit periodontal

Meskipun hubungan definitif belum ditemukan, mekanisme penyakit periodontal yang berhubungan dengan stres disajikan dalam kemungkinan berikut.

  1. Perubahan endokrin

Sistem endokrin adalah kumpulan kelenjar dan organ yang bekerja untuk menghasilkan hormon. Perubahan pada sistem endokrin dapat mempengaruhi respon jaringan mulut terhadap bakteri.

Ketika seseorang terlalu stres, tubuh memproduksi lebih banyak hormon kortisol. Peningkatan hormon kortisol dapat mengganggu fungsi limfosit T dalam melawan bakteri atau virus.

Inilah mengapa Anda lebih rentan terhadap penyakit menular seperti gingivitis, radang gusi yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

  1. Perubahan asupan makanan

Stres dapat menyebabkan orang mengadopsi kebiasaan yang tidak sehat, termasuk dalam hal pilihan makanan. Mereka biasanya makan lebih banyak makanan kaya karbohidrat dan gula untuk mengalihkan diri dari stres.

Padahal jenis makanan ini lebih mudah menempel di gigi. Jika kebiasaan ini tidak dibarengi dengan menjaga kebersihan gigi, plak akan menumpuk dan menimbulkan masalah pada gigi dan gusi di kemudian hari.

  1. Merokok

Kebiasaan lain yang sering juga menjadi pelarian seseorang dari stres yang dialaminya adalah merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan vasokonstriksi.

Vasokonstriksi adalah proses penyempitan pembuluh darah yang terjadi karena adanya rangsangan tertentu. Dalam hal ini, penyebabnya mungkin pelepasan adrenalin dan noradrenalin.

Kondisi ini menyebabkan aliran nutrisi ke jaringan gusi melalui pembuluh darah menjadi terhambat. Selain itu, fungsi neutrofil di mulut juga terganggu untuk melawan infeksi.

  1. Kebiasaan menggemeretakkan gigi

Kebanyakan orang tanpa sadar mengatupkan rahangnya karena hati mereka sakit karena stres yang berkepanjangan. Banyak orang lain juga dapat menggertakkan gigi mereka pada saat yang bersamaan.

Kebiasaan ini disebut bruxism. Jika dilakukan terus menerus, penggerindaan gigi yang kuat akan menyebabkan gigi geraham menjadi aus, melonggarkan gigi dari kantong gusi dan merusak tulang penyangga.

Efek menggemeretakkan gigi bukan hanya gigi yang rontok. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, rahang Anda akhirnya akan menderita sindrom TMJ. Sindrom TMJ adalah gangguan pada sendi temporomandibular rahang yang menyebabkan rasa sakit yang luar biasa, yang dapat menjalar ke wajah dan telinga.